Kampung Cina Manado merupakan kampung yang terletak di tengah pusat keramaian kota Manado; tak pernah sepi dari aktivitas perdagangan; dan memiliki sejumlah bangunan tua yang terus dipertahankan. Pada umumnya bangunan-bangunan tersebut dibangun pada jaman kolonial Belanda. Arsitekturnya yang khas mengundang decak kagum dan menjadikannya sebagai salah satu destinasi wisata.
Disebut kampung Cina, karena hampir semua pemukimnya dan pemilik bangunan adalah orang Manado etnis Cina. Sebagian dari mereka sudah ada sebelum kedatangan bangsa Spanyol, Portugis dan Belanda.Menurut ketua Komunitas Tionghoa Sulut, Sofyan Jimmy Yosadi, SH, terbentuknya kawasan khusus bagi etnis Tionghoa atau Cina di Nusantara berawal dari peristiwa pembunuhan dan pembantaian terhadap etnis Tionghoa (Chinezenmoord) di Batavia pada tahun 1740.
Pasca peristiwa Batavia tahun 1740, pemerintah Hindia Belanda memberlakukan wijkenstelsel, yaitu menempatkan orang Tionghoa di lokasi pemukiman yang sudah ditentukan (Ghetto). Tujuannya agar etnis Cina mudah diawasi. Kemudian Ghetto berkembang menjadi kampung Cina yang dipimpin oleh seorang Wijkmeester (Loh tia), yaitu jabatan yang setara dengan Hukum Tua atau Lurah.
Kampung Cina dibangun berdasarkan kebijakan pemerintah Hindia Belanda. Tujuannya adalah untuk melakukan penataan pemukiman berdasarkan asal usul etnis, seperti kampung Belanda, kampung Arab dan kampung Ternate. Lokasi pemukiman dibagi dalam bentuk letter. Kampung Cina oleh pemerintah Hindia Belanda ditempatkan di letter G.
Penghuni kampung Cina terdiri dari berbagai kelompok profesi etnis Cina. Sebagian penghuninya adalah para tukang etnis Cina yang didatangkan oleh pemerintah Hindia Belanda dari Batavia. Mereka didatangkan untuk membangun benteng kayu di Manado pada tahun 1655 yang bernama Nederlanche Vasticheijt. Kemudian bangunan benteng pada tahun 1673 diganti dengan beton dan namanya diubah menjadi Fort Amsterdam.
Dalam perkembangannya, kampung Cina di kota Manado telah terbagi dalam beberapa wilayah seperti kelurahan Calaca, Pinaesaan, Wenang, dan lain-lain.Orang Manado etnis Cina yang mendiami kampung Cina terdiri dari kelompok pedagang dan orang-orang yang datang untuk mengubah nasib seperti para tukang, buruh, petani tanpa tanah, pengangguran, pekerja miskin, dan mereka yang sudah lama menetap serta memiliki generasi kesekian di kota Manado. Modal mereka adalah tekad dan kemauan keras untuk mempertaruhkan nasib dengan harapan untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik.***